Selasa, 01 Desember 2015

contoh naskah drama 7 orang

5 Kalung untuk sahabat
Gita. Seorang gadis pendiam dan pemalu yang sangat baik. Bahkan keempat sahabatnya pun sangat menyukainya. Selalu membantu disaat kesulitan, dan bersuka cita saat bahagia. Apalagi mengetahui Gita mengidap penyakit yang membahayakan. Kanker otak. Itu membuat sahabat-sahabatnya lebih memperhatikan Gita. Tapi suatu hari, Gita yang malang ini terkena fitnah besar.
Via : “Hik..hik..hik” (menangis tersedu-sedu di bangku)
Gita,Sani,Putri,dan Dina datang menghampiri
Sani : “Via? Kamu kenapa?” (duduk di sisi Via)
Putri : “kenapa? Ada masalah lagi sama si Rio itu?” (ikut duduk di sisi Via)
Via : (mengangguk) “Gue benci sama lo,Gita!”
Gita : (tercengang) “hah? Aku?” (kebingungan)
Via : “Iya,elo! Gue benci! Lo yang hancurin hubungan gue sama Rio,kan?!”
Sani : “Apa? Gita ngancurin hubungan Via?”
Gita : “Nggak. Aku gak ngelakuin apapun..”
Via : “Bohong!!” (mengeluarkan beberapa kertas yang berisi surat dari tasnya lalu melemparkan semua kertas itu ke wajah Gita)
Gita : (membawa satu lembar dari beberapa kertas itu. Lalu membacanya)
Jelas di kertas itu tertulis nama pengirimnya Gita dan tertuju untuk Rio. Juga tanda tangan Gita di bawahnya. Tak hanya itu,Rio pun membalasnya dengan kata-kata manis.
Via : “Itu buktinya! Sekarang,lo mau jelasin apalagi,heh?!” (sambil membentak)
Gita : (tercengang) “Aku gak pernah ngirim surat kayak gini,Vi. Sumpah..”
Via : “halah! Bohong lo! Rio jadi mutusin gue hanya karena lo! Dasar! Gue gak nyangka ternyata lo itu nikung gue!”
Sani,Putri : (menatap sinis Gita)
Via : “Gue gak mau denger penjelasan lo! Buktinya disitu ada tanda tangan lo!”
Gita : (menunduk)
Via : “keluar lo dari sini! Gue gak sudi nganggap lo sahabat lagi! Pergi lo!”
Gita : “tapi…”
Via : “KELUAR!!!” (sambil berdiri menunjuk pintu kelas yang terbuka lebar)
Gita : (berjalan keluar kelas dengan wajah sendu)
Rian : (berdiri di dekat pintu sambil menertawakan Gita pelan. Tampak senang)
Gita : (menunduk sambil menangis)

Di koridor sekolah, Gita berpapasan dengan Rio
Rio : “Gita? Mau kemana?”
Gita : (menggeleng pelan)
Rio : “kalau mau ke perpus, aku ikut. Gimana?”
Gita : (menggeleng lalu pergi)
Rio : (berteriak) “Gita!! Aku belum selesai bicara!” (memegang tangan Gita) “ada apa? kok nangis gitu?”
Gita : (tak menjawab. Melepaskan tangan Rio lalu pergi)

Gita pergi ke kamar mandi setelah menyadari hidungnya mengeluarkan darah. Mimisan. Ia terus membersihkan darahnya di wastafel.
Gita : “kenapa Rian bisa sejahat ini? Aku kan gak suka sama Rio..”
Dina : (tiba-tiba masuk menghampiri Gita) “Gita?”
Gita : (menoleh) “Dina?”
Dina : “mimisan lagi,ya? Nih.. aku bawa tissue” (memberikan tissue)
Gita : (tersenyum) “makasih..”
Dina : “umm..Gita..aku gak percaya deh,kalau kamu yang ngehancurin hubungan Via sama Rio..”
Gita : (menggendikkan bahu sambil menghapus jejak darah di sekitar hidungnya) “maaf,ya.. aku emang gak ngelakuin semua ini. Tapi…udahlah.. biarin aja..”
Dina : “eh? Gak bisa gitu donk. Ini kan salah paham. Biar aku yang jelasin ke Via,ya..”
Gita : “gak perlu,Din. Percuma..” (sambil memegang kepalanya. Tampak merasa pusing)
Dina : “kamu gak apa-apa kan?!” (Dina cemas)
Gita : (mengangguk)
Gita : (tubuhnya lunglai. Ia tiba-tiba pingsan)
Dina : “ya ampun!! Gita?!!” (membopong tubuh Gita lalu membawanya ke UKS)

Sampai di UKS, Gita berbaring di ranjang. Mulai siuman. Ia melihat Rio yang sudah berdiri di sampingnya
Rio : “Gita!! Kamu gak apa-apa kan?!” (Rio cemas)
Gita : (menggeleng)
Rio : (menghela nafas lega) “syukurlah..”
Sani,Putri,Via,Dina : (tiba-tiba masuk)
Rio : (menoleh ke Sani,Putri,Via,dan Dina)
Via : “ohh..lagi berduaan ya? Maaf ganggu!” (mendelik tajam lantas pergi begitu aja)
Sani : “eeh?! Via?! Mau kemana?! Kita baru datang,kan?!” (ngejar Via)
Putri : (ikut-ikutan ngejar Via)
Gita : “sana pergi! Rio!!” (membuang muka)
Rio : “eeh? Aku diusir?” (heran)
Gita : (mengangguk)
Rio : (menoleh sebentar ke Dina yang masih berdiri di ambang pintu)
Dina : “pergi aja.., sana kejar si Via!”
Rio : (memandang sekilas Gita lalu pergi)
Dina : “Git? Kamu gak apa-apa kan?”
Gita : “aku lagi pengen sendiri,Din. Jadi,tolong keluar dulu..”
Dina : “tapi..”
Gita : “aku lagi pengen sendiRian!”
Dina : (murung. Lantas pergi)
Tiba-tiba Rian datang. Hanya diam di ambang pintu
Rian : “haha.. apa gue udah cukup buat elo menderita? Ahh..gue rasa masih kurang.. oke..gue bakal bikin lo jadian ama Rio.. biar suasananya makin panas! Biar lo dibenci sahabat lo sendiri!”
Gita : (hanya diam menatap Rian sinis)
Rian : “karena waktu itu lo pernah bikin gue malu di depan orang-orang, gue mau balas dendam ama lo! Lo harus bayar atas perbuatan lo waktu itu! PUAS LO!!” (menyeringai lalu pergi)
….

Hari-hari berlalu beGitu saja. Gita semakin dijauhi oleh teman-temannya, kecuali Dina. Dengan beban pikiran seberat ini, membuat kesehatannya semakin menurun. Apalagi dirinya tak punya biaya untuk melakukan kemotheraphy. Sudah satu minggu ia terus berbaring di rumahnya. Tubuhnya terasa lemas sekali. Dina memutuskan untuk menjenguk Gita. Namun terdahului oleh Rio. Rio sengaja bolos sekolah demi menjenguk Gita.
Rio : “gimana sama keaadaan kamu? Ada yang sakit?” (dengan nada cemas sambil duduk di sisi Gita)
Gita : (membuang muka)
Rio : “hei…kenapa kamu jadi cuek kayak gini?”
Gita : (menggeleng)
Rio : “Git… aku sama Via putusnya baik-baik,kok..bukan karena apa-apa. Cuma ini kan masalah hati.. aku kan gak bisa maksain hati buat cinta ke Via..”
Gita : “gak perlu ngomong kayak Gitu! Lagian aku gak punya perasaan ke kamu!”
Rio : “ta-tapi.. aku sayang sama kamu,Git..” (memegang tangan Gita namun segera ditepis)
Gita : “sama kayak kamu, aku juga gak bisa maksain hati..”
Krekk.. tiba-tiba Dina datang
Rio,Gita : (menoleh ke Dina)
Gita : “keluar dulu! Aku mau bicara sama Dina..”
Rio : (pasrah dan akhirnya keluar dari kamar Gita)
Dina : “Git..” (menghampiri Gita)
Gita : “ya?”
Dina : “umm..ini ada sedikit uang dari aku,Rio,dan sumbangan dari teman yang lain..buat biaya kemotheraphy..” (sambil memperlihatkan uang yang berjumlah 10.000.000)
Gita : (tercengang. Ia mengucek-ngucek matanya karena objek yang dilihat menjadi ada 2 bayangan) “a-apa?! tidak usah lah.. lagian kenapa juga harus minta sumbangan segala? Ngerepotin banget tahu”
Dina : “ihh… ini kan buat kamu.. cepet terima..”
Ucapan Dina terdengar samar di telinga Gita
Gita : “umm.. gak usah deh..”
Dina : “aku udah baik sama kamu..kok gak diterima sih?”
Gita : “a-apa? kamu bilang apa barusan?”
Dina : “aku udah baik sama kamu..kok gak diterima?”
Gita : “bukannya gak nerima,tapi..”
Dina : “tapi apa?”
Gita : (mengucek-ngucek kembali matanya. Penglihatannya semakin tidak jelas) “kok mata aku gini,ya?” (tiba-tiba penglihatannya tak berfungsi lagi. Semuanya jadi terlihat gelap di mata Gita) “loh,kok.. gelap ya? Din.. plis Din… jangan main iseng..”
Dina : “apa? lampunya masih nyala,kok…gak ada yang iseng.. atau jangan-jangan kamu….!!”
Gita : “kenapa Din?!” (mulai panik)
Dina : “buta?”(dengan suara lirih)
Gita : “apa? kamu ngomong apa barusan?” (Gita meminta pengulangan)
Dina : “buta?”(dengan suara normal)
Gita : (mulai menangis kemudian memeluk Dina) “Dina…..” (sambil terisak)
Dina : “ssstttt… ini.. uangnya aku simpan di sini ya… nanti kamu berobat,ya..” (menyimpan uangnya di meja)
Gita : “tapi..kamu bisa gak anter aku ke taman belakang rumah? Aku lagi pengen ke sana..” (pinta Gita sambil melepaskan pelukannya)
Dina : (mengangguk)

Di taman belakang rumah, Gita dan Dina duduk di bangku taman. Ditemani rimbunnya pepohonan.
Gita : “Din,aku punya sesuatu buat kita berlima..”
Dina : “apa?”
Gita : (meronggoh saku jaketnya. Mengeluarkan 5 kalung berliontin bintang hitam) “buat kita berlima”
Dina : (terkesima) “wahh..bagus… kamu yang beli?”
Gita : (mengangguk) “sayang banget.. aku gak bisa lihat kalung ini lagi..” (mulai meneteskan air mata)
Dina : (ikut menangis) “sini,aku pakein…” (mengambil satu kalungnya lalu memakaikannya di leher Gita)
Gita : (meraba-raba liontinnya) “kayaknya keren,ya..”
Dina : (memakai satu kalung di lehernya sendiri) “makasih,ya..”
Gita : (tersenyum) “kamu aja ya yang kasihin 3 kalung sisanya ini ke Sani,Putri,sama Via..”(memberikan ke-3 kalungnya ke Dina)
Dina : (mengangguk)
Gita : “Din, aku ngantuk” (sambil menguap)
Dina : “kalau Gitu,kita ke kamar lagi,ya..”
Gita : “gak mau..”
Dina : “kalau Gitu,sini..” (menyenderkan kepala Gita ke bahunya)
Gita : (memejamkan matanya) “aku minta maaf ya.. kalau aku sudah menyusahkan kalian..”
Dina : “iya..aku juga..” (memeluk Gita)
Gita : “aku gak bisa tidur kalau gak ada lagu pengantar tidur”
Dina : “hmm? Nina bobo?”
Gita : “yang lain..”
Dina “oke…” (menyenandungkan sebuah lagu)
Dina : “Git,tadi, di sekolah, Sani,Putri,sama Via sudah tahu siapa sebenarnya dalang dari semua ini..ternyata pelakunya Rian. Mereka taDinya mau ke sini bareng,tapi..katanya ngerjain dulu tugas. Dan Rian ditangani sama BP. Jadi,sekarang kamu gak perlu khawatir. Yang lain bakalan datang ke sini..”
Gita : (diam. Tak bergeming)
Dina : (terus menahan tubuh Gita yang perlahan terasa berat) “udah tidur?” (Dina melepaskan pelukannya) “Git?” (menggoyang-goyangkan tubuh Gita namun Gita tak bangun-bangun) “Gita?!!” (mulai panik. Ia menepuk-nepuk pipi Gita namun tetap tak bangun. Biasanya orang yang tidur tak begini. Wajah yang membiru. Dan terasa kaku) “Gita…!!!!!!!” (teriak histeris mengetahui jantung Gita sudah tak berdetak lagi) ternyata diamnya gita tadi artinya ia menghembuskan nafas terakhir..


-oOo-

Story by me !
semoga bermanfaat, gaiss:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar